Powered By Blogger

Sabtu, 26 Februari 2011

RAHWANA GENTAYANGAN

” POKOKNYA kalian tak diizinkan masuk kuburan Rahwana, Pak Anoman lagi kalut, ” tegas Petruk, yang dipercaya sebagai juru kunci. ” Ya, tapi minggu kemarin kami sudah ajukan proposal ke Pak Anoman tuk buat acara The Hunting
Ghost di kuburan ini ”, ujar Toro Margen, dari salah satu stasiun tv swasta. ” Ya, kami tak bisa izinkan kalian buat acara di sini. Sebaiknya sampeyan kembali minggu depan, ” lanjut Petruk.

” Tak bisa gitu dong, biaya produksi udah keluar nih. Kite akan tunggu beberapa hari di sini, oke ?” Toro Margen berharap bisa ambil beberapa adegan.
” Baiklah kalian boleh nunggu, tapi dilarang masuk kuburan Rahwana dulu,” kemudian Petruk lenyap masuk ke wilayah pekuburan Kendalisada.
Di atas bukit Kendalisada bertengger kuburan Rahwana yang megah terbuat dari marmer yang mahal dan dindingnya dilapisi emas murni. Sepintas tak kelihatan seperti kuburan, kesannya lebih seperti istana Tajmahal.
Anoman kelihatan lesu. Sudah seribu tahun dia ditugaskan oleh bosnya, Dewa Wisnu tuk jaga kuburan Rahwana. Selama ini sukses, tak ada masalah, tapi entah gimana mulainya Rahwana lenyap dari kuburan tanpa jejak, padahal kalau Rahwana lenyap pasti akan buat kekacauan dan huru hara. Dengan gelisah Anoman utak – atik HP Nokia terbarunya, menunggu kabar dari Bagong yang dipercaya mencari tanda – tanda di mana Rahwana berada.
” Kriing ... kriing .... kriing, ” HP Anoman berdering.
” Hallo ... hallo this is Bagong …, are you already getting Rahwana,” Anoman dapat telepon.
“ Gimana tandanya, Gong,” desak Anoman.
” Pertama kalau makan doyannya hanya lauk jengkol. Kedua sok keminter, rakus sama duit rakyat. Ketiganya, suka tidur dan ngoroknya keras banget bos,” lapor Bagong semangat.
” Wah ... betul itu pasti Rahwana, dimana tempat dia Gong ?” Anoman tak sabar.
” Ini tempat gede banget ... namanya gedung DPR Pusat. Komplek Senayan Ngamarta, bos,” ujar Bagong.
” Wah kurang ajar, Rahwana berani susupin wakil rakyat, baiknya aku segera ke sana.”
Anoman dan Petruk pergi menyelinap dari kerumunan kru tv, langsung menuju bandara Adi Sumarmo beli tiket ke Ngamarta. Pesawat melesat. Hanya 45 menit take off di bandara Soekarno Hatta. Sesampai di Gedung DPR Ngamarta Anoman kesulitan menangkap Rahwana karena berbaur dengan para wakil rakyat dan saat Arjuna, ketua DPR, sedang pimpin rapat paripurna.
Saat ini DPR terpecah jadi dua, satu gabung di koalisi ndesa, dan satunya lagi koalisi ndesa banget dan mereka hampir setiap saat gontok – gontokan, memperjuangkan kebenaran masing – masing.
” Gong, Truk, tulung siapkan menyan putih khas Indramayu dan hio yang ber – aroma jengkol,” ujar Anoman.
” Baik Bos.”
” Ayo kita tangkap Rahwana, biar gedung DPR ini penuh damai,” teriak Anoman.
Penangkapan roh Rahwana dimulai. Anoman membuka jurus penyadap roh, yang fungsinya mengurangi orang jadi serakah. Sementara Bagong mengambil posisi jurus membelah jagat. Petruk tak ketinggalan, pakai jurus kombinasi cafuera dan bangau putih. Ketiganya seperti orang gila menari – nari. Mereka bertiga disoraki para penjual kaki lima di depan gedung. Akibat dari gabungan jurus membuat sekitar Senayan Ngamarta penuh dengan kabut listrik dan akibatnya para anggota DPR yang rapat pada ngantuk.
Anoman menerobos gedung dan ia melihat banyak Rahwana ia coba tangkap. Rahwana satu jadi dua. Tangkap tiga jadi sepuluh, tambah banyak jumlah Rahwana. Anoman tak putus asa, ia gunakan jurus terakhir jaring Basunanda. Seluruh Rahwana di gedung DPR tertangkap.
” He ... he ... he.... ”, where do you go Rahwana, you must came back he …. He …,” Anoman bergembira.
“ Ho … ho …, wis kecekel ya bos, ke sini o nanti inyong ikat tubuhe,” Bagong juga senang.
Mereka bertiga memasukkan Rahwana dalam karung goni. Kemudian beristirahat di kantin sambil nyruput kopi tubruk. Anoman merasa lega. ” wah untung kita udah tangkap ya bos, kalau tidak Para wakil rakyat bisa jadi Rahwana semua,” celetuk Bagung.
” Iya Gong, ternyata jurus kita masih hebat,” Petruk sedikit sombongkan diri. ( Cahyo )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar