Powered By Blogger

Sabtu, 26 Februari 2011

HUKUM MATI BIMASENA




SIANG itu tidak seperti biasanya, di sebuah salon kecantikan ternama di tengah metropolitan Ngamarto. Para kapster saling berbisik melihat Bima penghuni kawasan Ujung Kulon yang terkenal hidupnya di alam bebas sekarang sedang membuka – buka majalah perawatan tubuh. Bima melangkah ke kursi salah satu kapster yang kosong dan menunjuk model potongan rambut ala Elvis Persley. “ Bener nih Om, Dasyaat “, Ujar Sikapster. Sisir dan gunting menari – nari di rambut Bima. Jambang, Kumis dan brewok pun rontok dari tempatnya.


“ Mmmh sekarang Om udah ganteng deh “. Celetuk Sikapster kemayu, sembari menjumput dagu Bima yang nyengir. Kuku Pancanaka pun di Pedikur diberi warna pink. Stelah itu, Bima pindah ke kamar lain untuk berendam mandi susu dan diakhiri dengan sauna. Kagak salah, ke luar salon banyak para abg yang histeris.
            Dilanjutkan masuk kederetan outlet – outlet yang menawarkan busana mutahir keluaran terbaru. Dari Clodoray, cutbray, jeans, celana aladin dan sepatunya abis diborong Bima. Susah payah kacamata hitam model Elvis Persley pun akhirnya di dapat. Gila cing, Bima sedang ngenomi lagi jatuh cintrong lagi alias lagi – laginya puber kedua.
            Dengan jaguar sewaan Bima balik ke Pemukiman kawasan Ujung Kulon. Jaguar jalan terguncang – guncang menyusuri jalanan. Bebarapa mata awas perguruan tunggal bayu mengawasi siapa gerangan dalam taksi.
            Dari pucuk pohon Anoman tak berkedip sedetik pun. Dari angkasa Garuda Magambira mendelik waspada. Alangkah kagetnya mereka melihat Bima telah berubah sangat – sangat frontal. Berita memang gampang terbawa angin. Trah perguruan tunggal bayu segera cepat berkonsolidasi. Mereka saling adu argumen. Perubahan penampilan Bima bukan sanjungan yang diterima tapi saudara tunggal bayu memandangnya sinis.
            Anoman, Garuda Magabira, Gunung Maeraka, Raksesa Jajal Wrekso saling sepakat bahwa Bima sudah menyalahi hirarki trah perguruan tunggal bayu. Bima telah melenceng dari ajaran bahwa “ bagaimana juga hidup harus dengan alam”. Ia harus dicegah. Bima yang kembali masuk ke jaguar. Garuda Magabira diutus untuk memata – matai kemana saja Bima berjalan. Di sebuah rumah yang sangat mewah dan bertingkat dengan aneka bunga segar mengiasi taman yang lengkap dengan kolam ikannya taksi berhenti. Kedatangan Bima disongsong pelukan mesra dan hangat dari cewek manis yang bernama TIWUK Tube – ing. “ sayang, kirain gak jadi.” Ujanr Tiwuk Tube – ing menggelayut manja.
            ” Akh ... Masa”, Jawab Bima dengan kiss dinonong Tiwuk. Bergandeng tangan mereka masuk jaguar. Putar – putar kota, begitu capek mereka masuk kafe Gaulnya Priggodani.
            Garuda Magabira cepat menempel pada burung terbang tepat diatas tempat duduk mereka. Hot steak dan jus segar terhampar dimeja mereka. Karena perjalanan jauh haus dan lapar tanpa sadar mulut Garuda magabira melongo melihat makanan sehingga air liur menetes.
            Pada mulanya Bima menganggap tetesan dimeja dan beberapa kali sempat terciprat kemakanan adalah sebuah AC yang bocor. Tapi lama kelamaan trocohnya tambah banter. Bima curiga, didulitnya ceceran liur dan diendusnya. Bau yang sangat dikenal Bima. Bima memandang lukisan burung yang mencurigakan, didekatinya pelan. Begitu dekat dan pasti, lengan dikipatkan. Garuda Magabira terloncat jauh dan seluruh bulunya rontok. Bima cepat memondong Tiwuk Tube – ing  dan cepat lari kepuncak yang konon pasti lebih tenang tanpa gangguan.
            Di sebuah villa mereka bercengkrama. Gunung yang sudah puluhan tahun tidak aktif mendadak menggelegar. Bau belerang menyengat, bumi seperti diguncang. ” Hai, gunung tahukah kau, gunung Maenoko adalah sodaraku, tidak bisakah diam sebentar.” Teriak Bima, kesal. Alam tetap bergolak, asap yang keluar membumbung membuat pusaran dan terbentuklah suatu wajah yang menyeriangai. Bima memandang sekejap dan cepat kembali kedalam ditariknya Tiwuk Tube – ing. Ternyata Villa itu diatas gunung Maeraka saudara tunggal bayu berujud gunung.
            Perjalanan asmara mereka 6 bulan kemudian mencapai puncaknya. Sebuah perhelatan besar sudah didesain sedemikian rupa. Dengan jutaan lembar uang kertas dilipat – lipat berujud suatu benda untuk souvenir pernikahan Bima dengan Tiwuk Tube – ing. Tepat hari H, ketenangan handai tolan berubah drastis. Tempat resepsi pernikahan disatroni perampok. Jutaan souvenir hilang lenyap. Bima marah, melihat ada banyangan cepat berkelebat segera dikejarnya.
            Ternyata si perampok berlari lebih cepat dan melemparkan kerumah kumuh dan miskin souvenir itu. Dengan hentakan sekuat tenaga perampok akhirnya tertangkap. ” Wooow, ternyata kau Anoman, mana souvenirku”, selidik Bima. ” Tlah aku bagi – bagikan kepada mereka, ” jawab Anoman sembari melihat perkampungan kumuh dan miskin. Hampir saja wajah Anoman jadi babak belur kalau tidak dicegah Garuda Wrekso yang ternyata telah mengepung Bima. Dengan mudah Bima diringkus dan dibawa pulang ke pemukiman Ujung Kulon. Dalam sidang terbatas keputusan keputusan mereka tidak bisa ditolak, Bima harus dihukum mati. Grasi Bima beberapa kali ditolak. Suhu darah persaudaraan mereka mendidih.
Melihat gelagat kurang baik Dewa bayu cepat turun mendamaikan mereka. Bima disuruh memilih hidupnya sendiri dan ia di usir dari pemukiman Ujung Kulon bersandar pada pintu Bima teriak ” sebenarnya hidup di alam atau di kota besar sama beratnya jangan dibentur – benturkan. Jangan mikir mung hitam – putih ” protes Bima dan langsung menuju ke Holywood.
            Tujuh tahun kemudian, jejak Bima, Anoman berumah tangga dengan Anggelina Jalie artis lenong Betawi. Garuda Magabira menjadi duta dunia untuk pencegahan flu burung. ( Cahyo )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar